Teori pengasuhan dan pendidikan
modern berkembang sangat pesat di negara-negara barat. Ilmu
pendidikan hasil temuan manusia bersifat relatif karena pendidikan manusia itu
tergantung kepada sistemnya. Produk karakter manusia seperti apa yang akan
dihasilkan tergantung kepada sistem dan lingkungan yang membentuknya, lebih
fundamental tergantung pada “AQIDAH”nya. Jadi ilmu pendidikan dan psikologi
yang dihasilkan tentu akan tergantung bagaimana sistem dan nilai-nilai yang
dianut oleh sistem atau teori tersebut. Dengan kata lain kita tidak bisa
mengadopsi begitu saja teori pendidikan dan psikologi dari barat.
Kasarannya, duduk-duduk bersama ahlu bid’ah saja
kita tidak boleh, karena dikhawatirkan kita terkena syubhatnya. Nah, bagaimana
pula jika kita banyak berdekatan dan mengadopsi orang2 tak beraqidah islam
secara lurus bahkan dengan ringan hati kita mengadopsi teori-teorinya.
Teori yang dijamin benar didalam pendidikan dan
psikologi adalah yang bersumber pada Alqur’an dan Hadits, sehingga sebagai umat
Islam dalam masalah pendidikan dan psikologi ini kita harus merujuk
kepada dua sumber tersebut.
Teori pendidikan dan psikologi modern merupakan
hasil usaha manusia yang “katanya” bersifat ilmiah berdasarkan
temuan, eksperimen serta pengalaman empiris yang didasari nilai-nilai
manusia yang dianut pada suatu saat dan suatu tempat. Tentu saja
sifatnya tidak absolut karena sistem yang membentuknya bersifat
relatif sehingga bisa saja teori ini berubah dalam perjalanannya. Apa
yang dianggap baik dan benar pada suatu waktu dan suatu tempat belum tentu
benar di waktu dan tempat yang lain.
Tapi bukan berarti kita tidak boleh sama sekali
menengok teori atau metode pendidikan dan pembelajaran yang berkembang pesat
dalam psikologi modern, oleh karena mengabaikan sama sekali temuan-temuan
ilmiah (baca: yang ilmiah syar’an) membuat kita kehilangan kesempatan untuk
mengoptimalkan tugas kita sebagai pendidik. Tidak sedikit
temuan-temuan ilmiah lebih memudahkan kita menjalankan dalil-dalil wahyu
(Quran dan Hadits). Kadang dalil wahyu memberi panduan yang
bersifat prinsip dan umum sehingga pengetahuan kita tentang metode2 baru yang
belum tersentuh oleh kita sebelumnya dapat memudahkan kita menerapkannya pada
tingkat teknis dan operasional..
Pada saat ini di mana arus informasi tidak dapat
(“sulit”) dibendung dan nyaris merambah tanpa batas maka kita tidak bisa
sepenuhnya terisolasi dari pengaruh perkembangan teknologi dan
informasi. Sehingga ada hal-hal yang bersifat global yang harus kita amati aspek pengaruh
perkembangannya dalam dunia pendidikan.
Tapi apakah semua teori
dan temuan ilmiah harus kita ikuti ? Atau menunggu sampai teori modern itu
terbukti kesalahannya sekian tahun mendatang ? Yang kita perlukan adalah
menguji apakah teori itu sesuai dengan Qur’an dan Sunnah, jadi penakarnya
adalah dua sumber tersebut, karena Quran dan Hadist pasti benar dan telah
teruji dalam rentang sejarah yang panjang.
Berikut sedikit kami kutip tulisan dari karya Al
Magribi bin Sa’id Al Maghribi, dalam buku Begini Seharusnya Mendidik Anak,
Darul Haq:
1. Manhaj Islam dalam Pendidikan Anak:
Manhaj islam dalam pendidikan anak sudah sangat
sempurna dan komprehensif karena bersumber dari manhaj Ilahi bukan manhaj yang
bersumber pada gagasan dan hasil pemikiran manusia, yang sangat beragam
pendapat, teori, gagasan, kecondongan, dan pemikiran. Maka sudah pasti, manhaj
yang berasal dari gagasan dan pemikiran manusia bisa jadi penuh dengan
kekurangan dan cacat karena beberapa sebab:
·
Pemikiran manusia hanya mengandalkan kemampuan otak dan pandangan
belaka yang terkadang tepat kadang meleset serta memiliki daya jangkau yang
terbatas sesuai dengan kondisi dan daerah, dan keyakinan, boleh jadi dianggap
baik boleh jadi dianggap tidak baik. Adapun manhaj islam dalam pendidikan
menyiapkan standar yang selalu benar, cocok (relevan) sesuai dengan kondisi,
tempat, dan umat manapun, sepanjang zaman.
·
Manhaj islam adalah konsep yang sempurna yang mencakup seluruh
kebaikan yang dibutuhkan oleh manusia dalam urusan dunia, agama dan akhirat,
sejak lahir hingga kembali kepada Alloh.
·
Manhaj islam juga memperhatikan soal kejiwaan manusia dari
berbagai segi dalam segala kondisi, interaksi, dan menunaikan kewajiban dan
tugas hidup.
·
Manhaj islam sesuai dengan fitrah manusia bahkan membimbing dan
mewujudkan keseimbangan antara potensi badan, akal dan ruh, sehingga bekerja
sama secaraq baik, berbeda dengan manhaj jahiliyyah yang hanya mengandalkan
potensi badan dan akal belaka.
Sangatlah layak bila kita selalu meniti dan
berpegang teguh dengan manhaj islam dalam mendidik anak-anak kita. Namun umat
sekarang banyak yang menyelisihi manhaj yang lurus dan mengambil manhaj kaum
kuffar seperti George, Michael, Freud, dan Jackson. Kaum muslimin banyak yang
menjadikan tokoh-tokoh tersebut sebagai idola sehingga mereka menjauh dari
pendidik yang mulia dan pengajar terbaik serta memberi peringatan dan penunjuk
kepada jalan yang lurus yaitu Rosululloh, Muhammad bin Abdulloh Shollallohu
‘alaihi wa Sallam.
Pendidikan islam sangat memperhatikan penataan individual
dan sosial yang membawa penganut nya pada pemelukan dan pengaplikasian islam
secara komprehensif.Allah berfirman dalam kitab nya
يآيها الذين ءامنوا ادخلوا في سلم كافة
Artinya : wahai
orang-orang yang beriman masuklah kedalam agama islam secara menyeluruh
Tarbiyah atau pendidikan yang benar dibangun di
atas dasar dan landasan yang jelas, maka siapa yang ingin berhasil dalam
mendidik anaknya hendaknya mengikuti dan meniti di atas dasar dan landasan
tersebut.
Dasar dan landasan pendidikan tersebut diambil
dari sumber yang lurus dan benar yang bertujuan untuk membentuk kepribadian
generasi islam dan berusaha untuk menyelamatkan umat islam dari keterhinaan dan
kemunduran. Kondisi umat yang mundur tersebut menjadikan mereka mengekor kepada
umat lain, sementara sebelumnya Islam adalah adalah suatu umat yang menjadi
pemimpin dan pengendali dunia.
Tidak ada jalan lain untuk mengubah dan
mengembalikan kejayaan umat kecuali dengan 2 langkah sebagaimana yang dikatakan
oleh Syaikh Al Allamah Muhammad Nashirudin al Albani, pertama “tashfiyah”
yaitu pemurnian agama umat dari berbagai macam pengaruh kotoran syirik, bid’ah,
khurofat. Dan yang kedua adalah “tarbiyah” yaitu membina umat di atas
manhaj dan aqidah islam yang benar.
Agar
pengikutnya mampu memikul amanat yang
dikehendaki Allah,pendidikan islam harus kita maknai secara rinci. Karena
itu,keberadaan referensi atau sumber pendidikan islam harus merupakan sumber
utama islam itu sendiri yaitu Al Quran dan As Sunnah.
Sumber-sumber pendidikan Islam
Pertama
: Al Quran
1. Definisi Al Quran
Allah azza wa jalla memilih beberapa nama bagi
wahyu-Nya,yang berbeda sekali dari bahasa yang biasa digunakan masyarakat arab
untuk penamaan sesuatu.Nama-nama itu menganduung makna yang berbias dan
memiliki akar kata [1].Diantara
beberapa nama itu yang paling terkenal ialah al kitab dan al quran.
Wahyu yang dinamakan al kitab yang menunujukkan
pengertian bahwa wahyu itu dirangkum dalam bentuk tulisan yang merupakan
kumpulan huruf-huruf dam menggambarkan ucapan(lafadz) adapun penaman wahyu itu
dengan Al Quran memberikan pengertian bahwa wahyu itu tersimpan didalam dada
manusia mengingat nama Al Quran endiri berasal dari kata Qira’ah(bacaan) dan
didalam qiraah terkandung makna: agar selalu diingat.Wahyu yang diturunkan
dalam bahasa arab yang jelas tiu telah ditulis dengan sangat hati-hati agr
terpelihara secara ketat,serta untuk mencegah kemungkinan terjadinya manipulasi
oleh orang-orang yang hendak mengubahnya. Tidak seperti kitab suci lain dimana
wahyu yang terhimpun dalam bentuk tulisan saja atau dalam hafalan saja,tetapi
penulisan wahyu yang satu ini didasarkan pada isnad yang mutawattir(
sumber-sumber yang tidak diragukan kebenarannya) dan isnad yang mutawwatir itu
mencatatnya dengan jujur dan cermat[2].
Secara etimologis, Al
Quran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qira’atan atau qur’aanan yang berarti
mengumpulkan (al jam’u) dan menghimpun huruf-huruf serta kata-kata dari satu
bagian kebagian lain secara teratur[3].Dikatakan
Al Quran karena ia berisikan intisari dari semua kitabullah dan intisaridari
ilmu pengetahuan. Allah berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya atas
tangungan kamilah mengumpulkannya ( dalam dadamu ) dan ( membuatmu pandai)
membacanya.Apabila kamu telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya”.(
Al Qiyamah 17-18).
Qur’anan dalam hal ini
berarti juga qira’atahu(bacaannya/cara membacanya),jadi kata itu adalah masdar
menurut wazan(tashrif)”fu’lan” dengan vocal “u” seperti “ghufran” dan
“syukran”.Kita dapat mengatakan qara’tuhu,qur’an,qira’atan wa qur’anan artinya
sama saja yakni maqru’ (apa yang di baca)atau nama Qur’an (bacaan)[4]
Secara Terminologi Al
Quran menurut bebrapa ulama adalah
a.Ulama Ushul Fiqh
Kalamallah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad,dalam bahasa arabyang dinukilkan kepada
generasi sesudahnya secara mutawaatir,membacanya merupakan ibadah,tertulis
dalam mushaf,dimulai dari surat al fatihahdan ditutup dngan surat an naas.
b.Abdul Wahab khalaf
mendefinifisikan al quran sebagai sebagai firaman Allah melalui ruhul amin
(jibril)kepada nabi Muhammad.dengan bahasa arab ,isinya dijamin
kebenarannya,dan sebagai hujjah kerasulannya.undang-undang bagi seluruh manusia
dan petunjuk dalam beribadah serta dipandang ibadah dalam membacanya,yang
terhimpun dalam mushafyang di mulai dari surat al fatihah dan di akhiri dengan
suray an naas yang diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawwatir.
c.Syeikh Muhammad Abduh
mendeffinisikan al Quran sebagai kalam mulia yang diturunkan oleh Allah kepada
nabi yang paling sempurna ajarannya mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan.Ia
merupakan sumber yang mulai yang esensinya tidak di mengerti kecuali bagi orang
yang berjiwa suci dan berakal cerdas.
Ketiga define tersebut sebenarnya saling
melengkapi.Definisi yang pertama lebih focus pada subyek pembuat wahyu.Allah
dan obyek penerima wahyu yakni Rosulullah,proses penyampaiannya kepada umat
secara mutawwatir membacanya dikategorikan sebagai ibadah.Definisi kedua
melengkapi penjelasan cara turunnya melalui malaikat jibril,penegasan tentang
awal dan akhir surat,dan definisi ketiga berkaitan dengan isi dan criteria bagi
orang yang ingin memahaminya.
B.Al Quran sebgai
sumber pendidikan islam
Kedudukan
Al Quran daklam kehidupan seorang muslim sangat agung dan tinggi.Ia adalah
sumber utama dalam semua segi kehidupannya,Al Quran mengatur hubungan antara manusia dan
Tuhannya,dirinya,alam sekitar,keluarga,tetangga,sesame muslim,masyarakat
muslim.non muslim,satu Negara,dan antar Negara. Sehingga tidak ada satupun sisi
kehidupan yang tidak dijelaskan oleh Al Quran
Didalam Surat An Nahl ayat 89 Allah berfirman :
“Dan kami turunkan kepadamu Al kitab untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk bagi manusia serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri”.
Salah satu cirri khas pendidikan Islam adalah bahwa ia
bersumber dari nilai-nilai Al Quran dan As Sunnah.Kedua sumber tersebut tidak
dapat dipisahkan dari semua pembahasan dan implementasinya dalam kehidupan
termasuk bidang pendidikan.
Pendidikan Isalam adalah bagaimana melakukan proses
pendidikan berdasarkan agama islam.Sedangkan kata pendidikan secara bahasa
berasal dari bentukan kata “rabab” atau “rabb” yang berarti seorang penguasa,penghulu,yang
ditaati dan seorang yang melakukan perbaikan.Sementara itu kata pendidikan yang dimaksud adalah makna
yang ketiga,yakni melakukan perbaikan[5].
Sedangkan pendidikan menurut istilah yang dikemukakan
oleh Laila binti Abdurrahman Al Juraibah mengutip pendapat Miqdad Yaljin dalam
buku nya ‘”Ahdaf at tarbiyah al islamiyah wa ghayatuha” adalah menumbuhkan dan
membentuk pribadi manusia yang selamat,muslim,sempurna,dalam berbagai sendi
kehidupan,mulai sisi kesehatan,akal,akidah, ruh keyakinan,administarasi dan
inovasi[6].
Sudah seharusnya seorang muslim menjadiakan Al Quran
sebagai sumber dalam melakukan proses pendidikan islam.Karena sebagai seorang
muslim,Ia tidak bias dipisahkan dari misi utama diutusnya seorang rasul yang
membacakan kepadanya ayat Al Quran sebagaiman yang tercantum didalam surat Al
Baqarah ayat 151:
“Sebagaimana(kami telah menyempurnakan ni’mat Kami
kepadamu)Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan
ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan dan mengajarkan kepdamu al kitab dan
al hikmah serta mengajarkan kamu apa yang belum kamu ketahui”.
Sehingga salah satu output yang dihasilkan dalam
pendidikan islam yakni ilmu,dimana Al Quran sangat menghormati ilmu dan
pemiliknya dan telah menjadikan ilmu sebagai salah satu dari tiang fundamental
utama dari upaya membangun kebesaran masyarakat-masyarakat manusia.
Itulah sebabnya ada perbedaan yang mencolok antara
masyarakat yang terdidikdengan pendidikan islam yang berpondasikan taujih
robbani melalui al quran dan masyarakat yang tidak mengenal sama sekali panduan
Al Quran.Lihatlah betapa masyarakat barat menganggap bahwa minu-minuman kerasa
adalah kepuasan yang sangat diminati.Bermain casino,berjudi sambil
mabuk-mabukan,menari,berdansa,hubungan bebas,membuka aurat,klub-klub
malam,bermain music yang tidak ada batas moral dan etika.Dalam etika teknologi
yang tinggi,mereka,mereka meledakkan bom nuklir dengan tidak memiliki standar
moral yang mengakibatkan terbunuhnya jutaan manusia yang tidak berdosa.
C.Mengapa Al Quran
menjadi sumber pendidikan Islam?
1.Al Quran sumber
pendidikan Rasul dan sahabat
Tidak diragukan lagi bahwa keberadaan Al Quran telah
mempengaruhi system pendidikan Rasulullah dan para sahabat.Lebi-lebih ketika
Aisyah menegaskan bahwa akhlaq beliau adalah al quran.Allah menegaskan hal itu
dalam firmannya:
“Berkatalah orang-orang kafir:Mengapa Al Quran iyu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikian supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacakannya secara tartil”. (al Furqan:32)
Dari ayat diatas kita dapat mengambil dua isyarat yang
berhubungan dengan pendidikan,yaitu pengokohan hati dan pemantapan keimanan,serta
sikap tartil dalm membaca Al Quran.
Kehidupan Rasulullah baik dalam kondisi damai maupun
perang,ketika di rumah maupun di luar rumah,atau berada di tengah kaumnya
dibuktikan oleh perkataan Aisyah bahwa akhlaq beliau adalah Al Quran.Maka,doa-doa
Beliau selalu diambil dari Al Quran.Dan tentang para sahabat mereka tidak
diragukan lagi untuk mengamalkan sekaligus mempelajari Al Quran.Bahkan seorang
sahabat pernah berkata:”Kami pada zaman Rasulullah tidak pernah melewati sebuah
surat Al Quran pun sebelum kami menghapalkan dan mengamalkannya.Jadi,kami
belajar dan beramal sekaligus”.Al Quran telah memberikan pengaruh pengaruh dan
kesan yang mendalam hingga kaum muslimin lupa pada puisi.Padahal,sebelumnya
mereka adalah kelompok masyarakat yang paling menyukai
puisi,perdukunan,dongeng-dongeng Persia dan Arab sehingga melupakan ilmu himah.
2.Al Quran sumber yang
edukatif
Kelebihan Al Quran,diantaranya,terletak pada metode yang
menakjubkan dan unik sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung
didalamnya,Al Quran mampu menciptakan individuyang beriman dan senantiasa
mengesakan Allah,serta mengimani hari akhir.Al Quran telah memberikan kepuasan
penalaranyang sesuai dengan kesederhanaan dan fitrah manusia tanpa unsur
paksaan dan di sisi lain disertai dengan pengutamaan afeksi dan emosi
manusiawi.Dengan demikian,Al Quran mengetuk akal dan hati sekaligus.Al Quran
mengawali konsep pendidikannya dari hal yang sifatnya konkret,seperti
hujan,angin,tumbuh-tumbuhan,Guntur atau kilat menuju hal yang abstrak,seperti
keberadaan,kekuasaan,dan berbagai sifat kesempurnaan Allah,penyajian tersebut
kadang-kadang melalui metode bertanya,baik untuk tujuan mengkritik maupun
mengingatkan atau menggunakan untuk menyukakan,menyebutkan keindahan atau hal
lain yang dapat menggali emosi Robbaniah dalam diri seseorang .Dengan
demikian,metode tersebut sangat sesuai dengan apa yang dewasa ini
digembar-gemborkan para psikolog dalam menggali unsure afeksi manusia.Lewat
metode Qurani,ketika kita berulang-ulang memberikan suatu materi,kita akan
merasakan bahwa metode tersebut sangat mempengaruhiemosi yang dilengkapi
pengalamn perilaku sehingga dalam diri seorang tumbuhlah kesiapan emosi yang
jika sewaktu-waktu materi yang bersangkutan disentuh,emosi tersebut akan muncul
kembali.Itulah pengalaman emosionalyang hanya kita peroleh dari metode
Qurani.Jika perilaku ideal tersebut tersebut dilengkapi dengan sifat
afeksi,artinya pendidikan telah berperan dalam penyatuan jiwa dan menggali
potensi seorang manusia sehingga menjadi manusia yang berkualitas.
Lebih jelasnya lagi,metode pendidikan Qurani itu dapat
kita analisis dari surat Ar Rahman.Dalam surat tersebut,Allah yang Maha Agung
menuturkan berbagai nikmat dan bukti-bukti kekuasaanNya.Dia mulai menuturkan
eksistensi manusia,kekuasaanNya dalam mendidik manusia,seperti
matahari,bulan,bintang,pepohonan,buah-buahan,langit,dan bumi.Pada setiap ayat
atau bisa juga pada sejumlah ayat,Allah membuktikan anugrahNya itu dengan
menempatkan manusia di hadapan manusia di hadapan benda nyata,pengalaman,suara
hati,dan jiwa.Maka,setiap manusia tidak akan pernahmampu mengingkari apa yang
telah dirasakan dan diterima oleh akal dan hatinya.Hal itu,jelas-jelas
termaktub di dalam ayat “Maka nikmat manakah yang kamu dustakan?”( Ar
Rahman:13).Pertanyaan tersebut berlanjut pada 30 pertanyaan lain yang senada
tetapi memberikan pengaruh emosional berlainan sesuai dengan ayat sebelumnya.
Itulah gambaran betapa Al Quran itu memberikan metode
pendidikan yang edukatif.Dan otomatis itupun berpengaru pada kurikulum serta
metode pendidikan Islam.Dengan demikian,penurunan Al Quran yang dimulai dengan
ayat-ayat yang mengandung konsep pendidikan yang dapat menunjukkan bahwa tujuan
Al Quran yang tersarat dengan kegiatan meneliti,membaca,mempelajari,dan
observasi ilmiah terhadap manusia sejak manusia masih dalam rahim ibu
sebagaimana firman Allah berikut ini:
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah,Bacalah,dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah.Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak di ketahuinya”.(Al Alaq : 1-5 )
Dalam surat As Syams,dengan berulang-ulang Allah
menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang dapat dididik,disucikan,dan
ditinggikan.
3.Al Quran membangun
peradaban manusia
Dalam sejarah pendidikan manusia,ketika para pelaku dan
pemerhati pendidikan tidak menjadikan Al Quran sebagai sumber pendidikan
islam,kemajuan yang dihasilkan tidak signifikandan cenderung stagnan.Tetapi di
saat kaum muslimin menjadikan Al Quran sebagai sumber utama pendidikan
islam,maka mereka dengan cepat telah mampu membangun peradaban manusia yang
bukan hanya orang islam saja yang menikmatinya,tetapi orang non muslim pun
bangga dengan keberhasilan kaum muslimin dalam membangun peradaban dunia.
John Esposito sebagai pemerhati dunia islam menyebutkan
tentang awal kemerosotan kaum muslimin dalam dunia pendidikan.Abad 18,19,dan 20
sebagai awal bergesernya dunia islam ke bidang politik dan sosial dengan
mengabaikan pendidikan islamdan member peluang pada gagasan dan missioner
eksternal yang menjadikan pendidikan agama dalam arti sempit.
Keragaman pandangan dunia dan interprestasi atas
prinsip-prinsip Al Quran tentang
pendidikan berakibat ditekankanya bentuk dari pada hakikat pendidikan kaum
muslimin.Akibat tekanan cultural dan politik pendidikan islam hanya terbatas
pada:
-
Orang-orang
tertentu
-
Materi terbatas
pada subyek agama dengan aturan sosial[7]
Menjadikan
Al Quran sebagai sumber utama dalam pendidikan islam merupakan langkah yang
mutlak, jikaa kaum muslimin ingin maju dan mendapat hidayah dari Allah. Sebab
jika tidak mereka tidak akan pernah mengulang sejarah keemasan islam seperti
sebelum-sebelumnya,dan akan terus menjadi bangsa pengekor yang tidak akan
pernah menang.
Jadi
Al Quran sebagai wahyu ilahi yang diturunkan kepada nabi Muhammad mengandung
manhaj yang lurus dan jalan yang benar bagi manusia. Al Quran datang dengan
membawa solusi yang menyeluruh atas semua permasalahan dan problematika yang
dihadapi manusia,baik dalam lingkup indidvidu maupun masyarakat.Para sahabat
telah mendapat didikan dengan manhaj ini dan akhirnya mereka telah merubah
wajah sejarah.Sementara itu Al Quran tidak hanya berhasil merubah sejarah pada
zaman sahabat saja,tetapi ia sebagai solusi untuk setiap zaman dan masa,setiap
tempat dan lingkungan,dan semua hal yang dibutuhkan oleh masyarakat[8]
.Allah ta’ala berfirman:
“Tiadalah
Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Quran”. (Al An’am:38)
Hal
tersebut senada dengan firmanNya berikut ini:
“Dan
kami turunkan kepadamu Al Kitab(Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.(An
Nahl:89)
Lalu
bagaimana Al Quran memberikan bimbingan di bidang pendidikan dalam kaitannya
dengan kemajuan teknologi? Masyarakat sekarang ini telah mencapai kemajuan
dalam penggunaan teknologi dan inovasi modern.Di bidang ini kaum muslimin dalam
keadaan jauh tertinggal di belakan posisi barat hingga sangat lebar
kesenjangannya.Padahal sebenarnya dahulu kaum muslimin adalah para pakar ilmu
dan pengetahuan sebagaimana agama mereka mendorong hal itu.Al Quran telah
menegaskan tentang ilmu dan ahli ilmu di banyak ayat,diantaranya:
“Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan(yang berhak disembah)melainkan Dia yang
menegakkan keadilan,para malaikat dan orang-orang yang beriman”.(Al Imran:18)
Begitu
pula di ayat yang lain:
“Kami
telah di beri pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah
diri”.(An Naml:42)
Oleh
karena itu,kita harus berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan kesenjangan
tersebut,dan kalau perlu kita menjadikan kondisi tersebut menjadi
berbalik,artinya kaum musliminlah yang unggul.Sehingga mereka menjadi lebih
maju dan memimpin medan ini.Dan bagi para penanggung jawab pengelolaan
pendidikan dan pengajaran serta perencanaan metodenya agar menggunakan
ilmu,rahasia dan teka-tekinya sehingga dapat terungkap fenomena-fenomena alam.
Kedua : As Sunnah
A.Definisi As Sunnah
Syariat yang telah sempurna
ini adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam makna
umum. Adapun sunnah itu
sendiri, terbagi menjadi empat definisi:
Pertama
Sesungguhnya, segala sesuatu yang terdapat di dalam Al-Kitab (Al-Quran –pen) dan As-Sunnah (hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia merupakan sebuah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara contoh definisi ini adalah sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
Sesungguhnya, segala sesuatu yang terdapat di dalam Al-Kitab (Al-Quran –pen) dan As-Sunnah (hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia merupakan sebuah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara contoh definisi ini adalah sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Barangsiapa yang menolak sunnahku maka dia
bukanlah bagian dariku.” (H.R. Bukhari [5063] dan Muslim [1401])
Kedua
Sunnah yang bermakna “al-hadits”. Hal tersebut jika digandengkan dengan “Al-Kitab”. Di antara contohnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Sunnah yang bermakna “al-hadits”. Hal tersebut jika digandengkan dengan “Al-Kitab”. Di antara contohnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Wahai
sekalian manusia, sungguh telah aku tinggalkan bagi kalian sesuatu yang jika
kalian berpegang teguh dengannya maka kalian kalian tidak akan tersesat
selamanya: (yaitu) Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam.”
Juga sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
“Sesungguhnya telah aku tinggalkan dua hal
bagi kalian sehingga kalian tidak akan tersesat selamanya setelah berpegang
teguh dengan kedua hal tersebut: (yaitu) Kitabullah dan sunnahku.”
Kedua hadits tersebut diriwayatkan oleh Al-Hakim
dalam Mustadrak beliau (I/93).
Di antara bentuk kata “sunnah”
yang bermakna “al-hadits” adalah perkataan sebagian ulama dalam menyebutkan
beberapa permasalahan, “Dan ini adalah sebuah permasalahan yang berdasarkan
dalil Al-Kitab, as-sunnah, dan ijma’ para ulama.”
Ketiga
Sunnah pun dapat didefinisikan sebagai lawan dari bid’ah. Di antara contoh penggunaannya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ‘Irbadh bin Sariyah,
Sunnah pun dapat didefinisikan sebagai lawan dari bid’ah. Di antara contoh penggunaannya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ‘Irbadh bin Sariyah,
“Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian
yang tetap hidup (setelah kematianku –pen), niscaya akan menyaksikan banyak
perselisihan. Maka, berpegang teguhlah kalian dengan sunnahku dan sunnah
khulafa’ur rasyidin yang memperoleh petunjuk dan berilmu. Gigitlah sunnah
tersebut dengan gigi geraham kalian, serta berhati-hatilah terhadap
perkara-perkara baru yang dibuat-buat. Sungguh, setiap perkara baru yang
dibuat-buat adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat!” (Hadits ini
dikeluarkan oleh Abu Daud [4607] -–lafal hadits ini adalah milik beliau–,
dikeluarkan pula oleh At-Tirmidzi [2676] dan Ibnu Majah [43—44]; At-Tirmidzi
berkata, “Hadits ini hasan shahih”)
Di antara contoh penerapan
istilah “sunnah” yang bermakna “lawan dari bid’ah” adalah sebagian ulama hadits
zaman dahulu yang menyebut buku-buku karya mereka dalam bidang akidah dengan
nama “As-Sunnah”, semisal As-Sunnah karya Muhammad bin Nashir Al-Marwazii,
As-Sunnah karya Ibnu Abii ‘Aashim, As-Sunnah karya Al-Laalikaa`i, dan
selainnya. Dalam kitab Sunan karya Abu Daud pun terdapat bab berjudul
“As-Sunnah” yang memuat banyak hadits tentang akidah.
Keempat
Sunnah pun dapat bermakna “mandub” dan “mustahab”, yaitu segala sesuatu yang diperintahkan dalam bentuk anjuran, bukan dalam bentuk pewajiban. Definisi ini digunakan oleh para ahli fikih. Di antara contohnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Sunnah pun dapat bermakna “mandub” dan “mustahab”, yaitu segala sesuatu yang diperintahkan dalam bentuk anjuran, bukan dalam bentuk pewajiban. Definisi ini digunakan oleh para ahli fikih. Di antara contohnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Seandainya bukan karena takut memberatkan
umatku, niscaya akan kuperintahkan mereka untuk melakukan siwak setiap hendak
melaksanakan shalat.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari [887] dan Muslim
[252])
Sesungguhnya perintah untuk
bersiwak berada pada derajat anjuran, dan hal tersebut semata-mata karena
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir akan memberatkan
umat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam jika menetapkannya sebagai
sebuah kewajiban.
B.As Sunnah teladan Pendidikan islam
Setelah
Al Quran pendidikan islam menjadikan As Sunnah sebagai dasar dan sumber
kurikulumnya.Pada hakikatnya,keberadaan sunnah ditunjukkan untuk mewujudkan dua
sasaran,yaitu:
1. Menjelaskan apa yang terdapat di dalam Al Quran
Tujuan ini di Isyaratkan Allah
dalam firmannya
“…Dan Kami turunkan kepadamu
Al Quran,agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka memikirkannya”.(An Nahl:44)
2. Menjelaskan syariat dan pola perilaku sebagaimana ditegaskan
firman Allah:
“Dialah yang mengutus kepada
kaum yang buta huruf seseorang Rasul di antara mereka,menyucikan mereka,dan
mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah(As Sunnah)……(Al Jumuah:2)
Ayat tersebut merujuk pada
keberadaan sunnah sebagiamana di tafsirkan oleh Imam Syafi’I dan jalan ilmiah
untuk mewujudkan ajaran-ajaran Al Quran.Tujuan ini ditegaskan oleh sabda nabi:
“Ketahuilah sesungguhnya aku
diberi Al Kitab dan sesuatu yang seperti Al kitab”.
Dalam dunia pendidikan,As
Sunnah memiliki dua manfaat pokok.Manfaat pertama,As Sunnah mampu menjelaskan
konsep dan kesempurnaan pendidikan islam sesuai dengan konsep Al Quran.Kedua,As
Sunnah dapat menjadi contoh yang tepatdalam penentuan metode
pendidikan.Misalnya,kita dapat menjadikan kehidupan Rosulullah dengan para
Sahabat ataupun anak-anak sebagai sarana penanaman keimanan.
Rosulullah adalah sosok
pendidik yang agung dan pemilik metode pendidikan yang unik,Beliau sangat
memperhatikan manusia sesuai dengan kebutuhan,karakteristik,dan kemampuna
akalnya,terutama jika beliau berbicara dengan anak-anak.Jenis bakat dan
kesiapan pun merupakan pertimbangan beliau dalam mendidik manusia.Kepada
wanita,Beliau memahami fitrahnya sebagai wanita,kepada laki-laki,beliau
memahami fitrahnya sebagai laki-laki,kepada orang dewasa,Beliau memahami
identitasnya sebagai manusia dewasa,dan kepada anak-anak,beliau memahami
karakternya sebagai anak-anak.Beliau sangat memahami kondisi naluriah setiap
orang sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita,baik material maupun
spiritual.Beliau senantiasa mengajak setiap orang untuk mendekati Allah dan
syariatNya sehingga terpeliharalah fitrah manusia melalui pembinaan diri
setahap demi setahap,penyatuan kecendrungan hati,dan pengarahan potensi menuju
derajat yang lebih tinggi.Lewat cara seperti itulah beliau membawa masyarakat
pada kebangkitan dan ketinggian derajat.
Sebagian ulama islam telah menemukan tujuan-tujuan pendidikan
kenabian tersebut,yang kemudian mereka klasifikasikan menjadi kelompok hadits
yang memiliki tujuan pendidikan tertentu,seperti yang terdapat dalam At
Tharghib wat Tarhib karya ahli hadits Abdul ‘Azhim al Mundziri (581-656).Materi
buku tersebut meliputi hadits-hadits pembinaan diriyang mendorong manusia untuk
mencintai amal kebajikan dan menjauhi keburukan.Buku tersebut terdiri atas
beberapa jilid yang materinya meliputi berbagai masalah kehidupan
material,spiritual,harta,jasmaniah,individual,social,ritual,dan pemikiran.
Selain itu,ada juga ulama yang mengklasifikasikan hadits dari
kehidupan praktis Rosulullah.yang kemudian juga disusun menjadi buku seperti
Tuhfah al-maudud fi Ahkam al Maulud-nya Ibnu Qayyim al Jauziyah dan Al Adab al
Mufrad nya Imam Bukhari.Buku-buku tersebut sarat dengan konsepsi Nabi dalam
mendidik dan memperlakukan anak-anak dan anak yatim,Seperti mengungkapkan rasa
sayang,mencium,bersenda gurau,dan lain-lain.Buku tiu pun dilengkapi dengan
konsep yang berhubungan dengan etika bermasyarakat.
Di dalam Adab al Mufrad,materi dilengkapi dengan bahasan
tentang sahabat dan tabi’in.Penyusunan buku itupun tidak berpegang teguh pada
syarat tertentu seperti yang dipegang pengarangnya ketika menyusun Al jami’ al
Shahih.
Ketiga: Jalan Hidup Salafus Sholih
Mereka merupakan sebaik-baik umat dalam
mengikuti sunnah Rosul, mereka adalah panutan, yang kita ambil ilmu dan
pelajaran hidupnya dan kita mengambil dari mereka berbagai cara dan langkah
dalam mendidik anak-anak mereka di atas keimanan kepada Alloh dan RosulNya
serta bagaimana kondisi anak-anak mereka. Maka hal itu menjadi acuan dan
landasan kita dalam mendidik anak-anak sehingga mereka mengetahui secara
sempurna bagaimana kehidupan para salaf dan cara mereka dalam mendidik
anak-anak mereka.
Keempat: Ilmu dan Ulama
Di antara sumber materi pendidikan adalah ilmu
dan ulama sebagaimana yang ditegaskan oleh ulama salaf tentang keutamaan ilmu.
Mu’adz bin Jabal berkata, “Belajarlah sebab mencari ilmu adalah
suatu kebaikan dan bagian dari ibadah serta menda’wahkan kepada yang lain
merupakan bagian taqorrub. Ilmu merupakan menara jalan para calon penghuni
surga, teman di kala kesepian, pendamping dalam pengasingan, teman bersanding
di kala berduaan, petunjuk pada saat bahagia dan gundah, dan penjaga ketika
sepi serta senjata ampuh untuk melawan musuh. Alloh mengangkat kaum dengan ilmu
tersebut hingga menjadi panutan dan perbuatan mereka diikuti. Ilmu adalah
sumber kehidupan hati dari kebodohan, lampu penerang bagi jalan kehidupan dari
kegelapan, dan sumber kekuatan tubuh dari kelemahan, serta ilmu sebagai
penghantar seorang hamba sampai pintu gerbang kemuliaan di dunia akhirat.
Berpikir tentang ilmu sama dengan puasa mudzakaroh, sama dengan qiyamul lail,
maka ilmu sebagai sarana untuk menyambung silaturrahmi serta untuk mengenal
halal dan harom.”
Imam Malik berkata, “Tidak boleh mengambil ilmu dari 4 orang dan
boleh dari selain mereka:
- Tidak boleh mengambil ilmu dari orang bodoh dan hilang akalnya
- Dari ahli bid’ah yang mengajak pada kebid’ahan
- Orang berdusta dalam meriwayatkan ucapan manusia
- Dan tidak boleh mengambil ilmu dari tokoh yang dianggap baik dan sholih namun tidak bisa memilah antara hadits yang dia sampaikan
Malik bin Anas berkata, “Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kamu mengambilnya.”
Sedangkan para ulama adalah ahli waris para
Nabi. Maka hendaklah para pendidik membiasakan bertanya tentang hukum Alloh,
dan membiasakan anak-anaknya bermulazamah, menghargai dan menghormati para
ulama, bersikap rendah hati dan sopan kepada mereka, serta bersegera memberi
bantuan dan pelayanan pada mereka.
Kelima: Bersanding
dengan Orang-orang Sholih
Ini adalah sumber penting dalam pendidikan islam anak-anak kita. Pendidik utama, Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita agar pandai-pandai memilih teman bagi anak-anak kita.
Ini adalah sumber penting dalam pendidikan islam anak-anak kita. Pendidik utama, Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita agar pandai-pandai memilih teman bagi anak-anak kita.
“Seseorang tergantung pada agama temannya, maka hendaklah
memeperhatikan diantara kalian siapa yang dijadikan teman.” (riwayat Abu Dawud
4833, At Tirmidzi 2379, dikeluarkan oleh Imam Ahmad, 2/303, 334)
Teman yang baik adalah nikmat yang agung, sebab ia akan selalu mengingatkanmu
kepada Alloh ketika kamu lupa, membantumu ketika sedang berdzikir, menolongmu
ketika engkau butuh, memberimu ketika kau meminta.
Kesimpulan
Wahai sang pendidik yang beriman, sesungguhnya
umat kita telah sampai pada kondisi yang sangat memilukan akibat tradisi meniru
dan mengekor orang bejat dan kafir. Mereka mencekoki kita dengan berbagai
kotoran dan racun, baik dari sisi aqidah, pemikiran, dan budaya.
Sementara mereka juga menyalakan api peperangan dan permusuhan serta kebencian
sehingga mereka berusaha mengacak-acak persatuan kita, memecah belah kerukunan
kita, dan mereka menebarkan di bumi islam yang tercinta berbagai macam racun
busuk dan pemikiran yang menghancurkan dan merusak.
Lalu bagaimana sikap kita terhadap banyaknya
teori yang bermunculan sekarang ini? Sadar atau tidak, kadang bahkan seringkali
teori-teori itu akan mempengaruhi pola hidup kita, pola pikir kita, dalam hal
ini adalah dalam konteks metode dan seluk-beluk mendidik anak. Ujung-ujungnya,
teori-teori yang berkembang bisa menjadi sumber dan pedoman pendidikan
anak-anak masyarakat kita.
Dari teori-teori “mutaakhir” asal barat maupun “lokal” yang muncul
sekarang ini, boleh-lah kemungkinannya saya bagi ke dalam 3 bagian:
1. Teori-teori pendidikan anak yang bersesuaian dengan prinsip dan hukum islam sesuai manhaj salafus sholih
2. Teori-teori pendidikan anak yang sebagiannya bersesuaian dengan prinsip dan hukum islam sesuai manhaj salafus sholih, dan sebagiannya bertentangan dengan prinsip dan hukum islam sesuai manhaj salafus sholih
3. Teori-teori pendidikan anak yang “jelas-jelas” bertentangan dengan prinsip dan hukum islam sesuai manhaj salafus sholih
1. Teori-teori pendidikan anak yang bersesuaian dengan prinsip dan hukum islam sesuai manhaj salafus sholih
2. Teori-teori pendidikan anak yang sebagiannya bersesuaian dengan prinsip dan hukum islam sesuai manhaj salafus sholih, dan sebagiannya bertentangan dengan prinsip dan hukum islam sesuai manhaj salafus sholih
3. Teori-teori pendidikan anak yang “jelas-jelas” bertentangan dengan prinsip dan hukum islam sesuai manhaj salafus sholih
Lepas dari pembagian tersebut di atas, kita
bertanya, adakah atau mungkinkah teori2 tersebut semuanya bersesuaian
dengan manhaj salaf?Atau adakah dan mungkinkah sebagian
teori tersebut ada yang bersesuaian dengan manhaj salaf? Atau malah, kebanyakan teori tersebut bertentangan
dengan manhaj salaf
Tentu saya tidak bisa menghakimi dan menghukumi
satu persatunya, mengingat perlu disiplin ilmu din yang komplek. Tapi dengan
berbekal ilmu dan tak pernah lelah bertanya pada ulama, kita sebaiknya teliti
dan berusaha mengacu pada kaidah manhaj salaf, kita bisa membandingkan,
menimbang, dan mencocokkan, apakah teori yang dicetuskan sekelompok pakar
“barat” maupun “lokal” tersebut ada sandarannya dalam din atau tidak.
Berkaitan dengan merebaknya teori-teori ini,
seyogyanya yang pertama menjadi fokus perhatian kita sebagai pelaku pendidikan
berbasis “islam”, yang pertama adalah bertanya pada “ulama” (Fas’aluu ahladz
dzikri in kuntum laa ta’lamuun), bagaimana hukum mempelajari teori-tori
“mereka”, bagaimana hukum mengadopsi sebagian teori yang kita anggap
bersesuaian dengan manhaj yang haq? Atau bagaimana sikap yang utama dalam
permasalahan ini, mengambil sebagian dengan meyaringnya (seandainya kita punya
kemampuan untuk menyaring), ataukah malah sebaiknya kita meninggalkannya?
Perlukah kita mempelajari dan mengadopsi teori-teori “mereka”? Atau kalaupun
dianggap “perlu”, seberapa perlu kita mengadopsi atau sekedar “membaca” sebagai
“wacana” untuk pengembangan metode pendidikan kita? Tentu ini bukan hal yang
sepele, karena berkaitan dengan halal dan haram. Berkaitan dengan sikap wala’
dan baro’. Dan juga sikap kehati-hatian seorang muslim.
Rasanya tak ingin, jika kita kutip sedikit saja
teori mereka, lantas membuat kita ikut membesarkan nama mereka, membuat
eksistensi mereka diakui masyarakat bahkan dunia. Yang akhirnya menjadikan
mereka menjadi panutan manusia. Jadi apa umat islam ini kelak?
Semua kembali pada individu dan “prinsip hidup”
masing-masing (baca: manhaj). Seandainya, sekali kita menerapkan teori mereka,
membuat kita kagum pada keberhasilan mereka, kemudian membuat kita mencari
teori-teori yang lainnya, dan semakin lama semakin banyak memakai teori mereka,
bahkan pandangan-pemandangan kritis dan tajam mereka lama-lama menjadi “KUHP”
(Kitab dan Undang-undang serta Hukum Pendidikan), yang ujung-ujungnya
mencerminkan sikap loyal (wala’) pada mereka, paham mereka, eksistensi mereka,
maka ini adalah suatu musibah aqidah umat. Maka, menahan diri dari
“berdekat-dekatan” dengan mereka adalah senjata ampuh untuk menyelamtkan diri
dari bencana dunia dan akhirat. Wallohu a’lam.
Daftar Rujukan
Al Quran
Abdurahman An Nahlawi,”Pendidikan Islam di Rumah
Sekolah dan Masyarakat,GIP
Hasyim ibn As Sayid Ali al Ahdal,”Al Bina at Tarbawi
lil Mujtama’al Muslim al Fa’al”,Rabhithah Alam Islami,Mekah,2009
Ibnu Mandzhur,”Lisanul Arab”
John Esposito,”Ensiklopedia Oxford,Dunia Islam
Modern”,Mizan,Bandung
Laila binti Abdurahman Al Juraibah,”Kaifa Turabbi
Waladaka”
Sa’id ibn sa’id Al Magribi,”Bagaimana Seharusnya
Mendidik Anak”,Darul Haq
Subhi as Shalih,Dr.”Mabahis fi Ulumil Quran”,Darul
Ilm lil Malayin,Beirut,Libanon
Muhaimin,Drs,MA,”Dimensi-dimensi Studi Islam”,Karya
Abditama,Surabaya
Manna’Khalil al
Qatan,”Mabahis fi Ulumil Quran
[2]
Ibid
[3]
Muhaimin,Drs,MA “Dimensi-dimensi Studi Islam” Karya Abditama,Surabaya
[4] Mana’
khalil al Qattan “mabahits fi ulumul quran
[5]
Lisanul Al Arab,Ibnu Manzdhur, 1/400-401,kata rabab Kamus Al Muhith,Al
Fairuzabadi hal 111
[6] Kaifa
Turabbi Waladaka,Laila binti Abdurahman Al Juraibah
[7]
Ensiklopedia Oxford,Dunia Islam Modern,John Esposito,hal 264,jilid 4,
Mizan,Bandung,2011
[8] Al
Bina At TArbawi lil Mujtama’ al Muslim al Fa’al,Dr.Hasyim bin As Sayid Ali al
Ahdal,hal 19-20,Rabithah Alam Islami,Mekah,2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar